Senin, 11 Januari 2016

Berkejaran -Cerita Sangat Pendek-

Buih air membasahi pasir putih yang mulai berubah jadi kecoklatan karena cemaran hulu. Kakiku, juga basah dan agak lengket dengan pasir di sela jemari kakiku. Tapi kedua kakiku terus melangkah bersama mengiringi langkah dua kakimu yang lebih kecil daripadaku. Kau pegang erat tanganku bagai dokter sudah menyambung kedua tangan kita hingga takkan lepas. Angin menghembus wajahmu dan mengurai rambutmu membelahnya juga mengurainya tapi tetap indah.


“kita main kejar – kejaran gimana?” tanyamu.

Aku mengangguk tanda setuju, hitungan kesatu langkahmu pun menjauh kau berlari. Kedua kakiku lalu ikut membayangi pergimu, mengejarmu hingga keujung pantai, lalu kau berbalik arah, dan kita mendekat, ah kita berpegang lagi.

“kamu tau? Mainan ini yang kumau.” Ucapmu.

Entah, aku masih mencoba menerka apa arti dari puluhan huruf terlontar dibalut intonasi antusias yang diucapkan lewat gerakan lidah dan getaran pita suaramu. Ayolah jadi apa maksudnya? Haruskah kita main kejar – kejaran lagi?

“aku ingin terikat seperti ini, kadang kita erat, lalu ada kalanya aku pergi berlari jauh, tapi kau mencariku.” Jelasmu.

“lalu saat kau mengejarku, akan kuputar badanku kembali ke arahmu, kita pun bertemu dan berpegang erat lagi.”. lanjutmu.


Selesai kata terakhir mengalir dari bibirmu yang setengah mengatup, kau pun kembali pergi dari genggamanku. Lari mu lebih kencang, langkah mu lebih besar. Aku mengejar lebih keras, lebih cepat, mengambil nafas terasa lebih dalam dari sebelumnya. Jarak kita semakin jauh, jauh hingga ujung kepalamu bahkan aku tak dapat melihatnya, sekalipun di sudut mataku.

Pastinya kau akan datang, dan kembali ke arahku. Berhentilah langkahku mengayun karena sesak di dada mulai menyempitkan tenggorok. Aku pun terduduk, terngiang dan meresap kata – katamu tadi, “lalu saat kau mengejarku, akan kuputar badanku kembali ke arahmu, kita pun bertemu dan berpegang erat lagi.”.



Hingga petang tiba, bayangku jatuh sendiri di pasir.