Senin, 11 Januari 2016

Berkejaran -Cerita Sangat Pendek-

Buih air membasahi pasir putih yang mulai berubah jadi kecoklatan karena cemaran hulu. Kakiku, juga basah dan agak lengket dengan pasir di sela jemari kakiku. Tapi kedua kakiku terus melangkah bersama mengiringi langkah dua kakimu yang lebih kecil daripadaku. Kau pegang erat tanganku bagai dokter sudah menyambung kedua tangan kita hingga takkan lepas. Angin menghembus wajahmu dan mengurai rambutmu membelahnya juga mengurainya tapi tetap indah.


“kita main kejar – kejaran gimana?” tanyamu.

Aku mengangguk tanda setuju, hitungan kesatu langkahmu pun menjauh kau berlari. Kedua kakiku lalu ikut membayangi pergimu, mengejarmu hingga keujung pantai, lalu kau berbalik arah, dan kita mendekat, ah kita berpegang lagi.

“kamu tau? Mainan ini yang kumau.” Ucapmu.

Entah, aku masih mencoba menerka apa arti dari puluhan huruf terlontar dibalut intonasi antusias yang diucapkan lewat gerakan lidah dan getaran pita suaramu. Ayolah jadi apa maksudnya? Haruskah kita main kejar – kejaran lagi?

“aku ingin terikat seperti ini, kadang kita erat, lalu ada kalanya aku pergi berlari jauh, tapi kau mencariku.” Jelasmu.

“lalu saat kau mengejarku, akan kuputar badanku kembali ke arahmu, kita pun bertemu dan berpegang erat lagi.”. lanjutmu.


Selesai kata terakhir mengalir dari bibirmu yang setengah mengatup, kau pun kembali pergi dari genggamanku. Lari mu lebih kencang, langkah mu lebih besar. Aku mengejar lebih keras, lebih cepat, mengambil nafas terasa lebih dalam dari sebelumnya. Jarak kita semakin jauh, jauh hingga ujung kepalamu bahkan aku tak dapat melihatnya, sekalipun di sudut mataku.

Pastinya kau akan datang, dan kembali ke arahku. Berhentilah langkahku mengayun karena sesak di dada mulai menyempitkan tenggorok. Aku pun terduduk, terngiang dan meresap kata – katamu tadi, “lalu saat kau mengejarku, akan kuputar badanku kembali ke arahmu, kita pun bertemu dan berpegang erat lagi.”.



Hingga petang tiba, bayangku jatuh sendiri di pasir.



Jumat, 25 Desember 2015

#Blogpost2 Renungan Taubat dari Sifat Posesif

Duh judulnya begitu amat yak :)), masih nyambung nih seputar #blogpost1 yang membahas posesif. Kalo felix siauw aja bisa bikin #IndonesiaTanpaPacaran, gue juga gak mau kalah, gue mau bikin #IndonesiaBebasPosesif. Lah sok sok an wkwk. Ya, di #blogpost2 ini gue mau bikin sesuatu yang bersifat melengkapi si #blogpost1, karena 1 dan 2 saling melengkapi kemudian datanglah si ketiga yang akan merusak segalanya, halah … Kali ini rangkai kata – kata di #blogpost2 ini gak di latar belakangi oleh apapun, gue ngetik ini dengan niat tulus murni mencerdaskan generasi bangsa memberantas dari belenggu posesif.

Hampir seminggu dari blogpost kedua kemaren, akhirnya setelah sibuk dengan kuliah, ujian, dan tugas sempatlah waktu bertemu antara jari jemari gue nan kasar dengan keyboard laptop gue yang warnanya putih kekuningan kusam. Pertemuan untuk menuangkan ide dan bakat terpedam, halah…

Jadi setelah membeberkan mengenai posesif dari sudut pandang gue yang pernah mempunyai pengalaman sebagai pelaku dan juga korban, maka kalo kemaren di #blogpost1 gue ngungkapin apa sih yang bikin seorang posesif, alasan, berikut contohnya. Nah kali ini, spesial, telornya satu jangan dua, tar bisulan, gue bakalan nulis mengenai……

“Hal – hal yang bikin kita gak perlu berlaku posesif!”

So, here we go …

Posesif, /po-se-sif/ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu. Nah ada definisi lain nih setelah gue googling juga, yaitu posesif adalah suatu sikap yang dipunyai atau ditunjukkan untuk mengontrol atau mendominasi sesuatu atau seseorang.

Sekedar mengulang pelajaran minggu lalu, barangkali kalian lupa yah…
Banyak banget alasan yang digunakan seseorang, atau hal yang menjadi dasar seseorang untuk berlaku posesif, nah minggu lalu di #blogpost1 gue mencoba membeberkannya melalui sudut pandang pengalaman gue sebagai korban dan pelaku, eh pelaku dan korban ding. Tentunya setiap hal, selalu ada penentangnya, ada lawannya. Ibarat benar selalu ada lawannya yaitu salah, atau si Manny Pacquaio lawannya si Mayweather, nah begitu juga posesif, lawannya ya gak posesif. Em, kurang tepat sih rasanya tapi gue pun masih bingung kata apa yang sepadan ngegantiin si “gak posesif”. Nanti barangkali ada kalian yang ngerasa punya kata sepadang yang cocok buat gantiin si “gak posesif” ini silahkan komen di bawah ya. Eh sepadan, kenapa jadi sepadang, duh mungkin gue laper…

Menurut pemikiran dan penafsiran gue, sebenernya pangkal dari adanya posesif ini adalah rasa takut. Rasa takut kehilangan, rasa takut dikhianati, rasa takut akan hal yang tidak diinginkan, dan varian rasa takut lainnya. Dari pemikiran dan penafsiran ini maka gue pun punya pendapat bahwa sebenernya cara menangkal di posesif ini adalah berani!

Yak berani, jadi semua hal yang akan dijalani emang seharusnya dijalanin dengan keberanian. Begini gampangnya, ketika memutuskan jatuh cinta, dimana itu adalah jatuh yang aneh karena jatuh nya gak kebawah gak mengikuti gravitasi, tapi malah keatas ke awang – awing, katanya, harus berani juga buat patah hati. Jadi gak akan ada rasa kuatir atau takut berlebihan akan hubungan yang dijalani. Karena setiap hal di dunia pasti ada resikonya, jatuh cinta juga, pacaran juga, resikonya ya macem – macem, mulai dari gak enak hati, hingga derajat berat yaitu ditinggalin setelah diselingkuhin, uh!

Sebenernya pembahasan ini bakalan melebar soal kepercayaan di hubungan, karena menurut penerawangan gue, posesif juga dari adanya kepercayaan yang gagal terjalin di suatu hubungan. Walaupun banyak faktor lain, tapi berdasarkan survey di 3 kota oleh Lingkaran Selingkuhan Indonesia, gak terjalinnya kepercayaan adalah faktor yang mendukung terjadinya posesif, perpisahan dan perselingkuhan.

So dengan penjelasan dibawah ini, harusnya tulisan gue bisa memotivasi kalian yang posesif untuk gak menjalankannya lagi, jangan saudara – saudara! Tidak baik, tak berfaedah…


1. Percaya!


Nah ini poin pertama, percaya lah akan pasangan, gebetan, selingkuhan lo, atau siapapun dia, btw kalo masih pdkt udah posesif, apa kabar pas udah jadian ntar? :)). Kenapa kudu percaya? Jelas, lo aja percaya dengan menitipkan perasaan rasa cinta lo dengan dia? Kenapa lo masih harus gak percaya dia? Come on, kasih juga pasangan lo kepercayaan, agar kalian bisa saling ngasi kepercayaan dan berhubungan dengan nyaman tanpa harus kuatir dengan apa yang pasangan lo lakukan di luar sana ketika gak sama lo. 

Kalo dia nyianyiain kepercayaan aku gimana?

Yaudah, lo cukup bertindak, memberi kesempatan lagi, atau pergi beranjak dan mengambil hikmahnya. Kalo ternyata dia emang gak pantes buat lo :). Selesai.

2. Setiap orang butuh “berkembang”!



Setiap manusia yang hidup, selain makan, minum dan buang air, mereka juga butuh tumbuh dan berkembang. Tapi pacarku udah 25 tahun kok! Ya pertumbuhan dia berhenti, tapi perkembangan adalah selalu jadi hal yang dibutuhin oleh manusia. Dengan dia punya hubungan dengan lo maupun orang lain, yang diharapkan pasti ada perkembangan dari diri dia. Bukan malah menghambat perkambangan. Stop posesif, karena hal ini Cuma bikin dia terkungkung di lingkaranmu, dan dia gak bisa berkembang Cuma mentok – mentok disitu aja bersama orang yang selalu melarangnya ini itu. Begitu juga dengan si pelaku posesif, yang selalu was – was mikirin segala aturan yang bikin hidup penuh benturan, akhirnya kalian sama – sama gak berkembang, hanya karena selalu saling mengekang. 

Aku ngebatesin sih misal pacarku mau main sama temen yang lawan jenisnya, gimana?

Posesif atau gak itu pilihan, biarkan dia bebas memilih, lo cukup ngingetin dia untuk pinter bagi waktu antara temennya dan lo. Dengan membatasi dan melarang dia, dia yang juga manusia biasa dimana manusia emang hadir untuk menciptakan rintangan dan melewati rintangan, bukan gak mungkin nantinya dia akan semakin tertantang buat pergi dari belenggu kamu buat ngejar kebebasannya bersama teman – temannya.

3. Ikhlas




Menjalin hubungan, apalagi dengan manusia yang punya seribu akal jutaan tingkah, Cuma bisa berharap pada kepercayaan. Manusia emang tempatnya salah,tempatnya khilaf. Pada akhirnya selalu ada luka, penyesalan, dan sakit pada suatu hubungan. Ketika memutuskan jatuh cinta dan menjalin hubungan, secara ga sadar lo sebenernya patuh pada terms of agrrementnya jatuh cinta, “rela jatuh cinta, rela patah hati.” Pada akhirnya jika emang dia yang terbaik dan ditakdirin buat lo, semua akan datang di saat yang tepat. Kalo nyatanya dengan kamu memberi kebebasan ke dia, akhirnya dia mengkhianati? Let it go! Setidaknya kamu belajar dari hubungan yang kandas, bukan untuk mengingat luka lalu menjadi trauma, tapi untuk menjadi lebih baik lagi nantinya.

Sekian pandangan gue seputar posesif, di #blogpost1 dan #blogpost2, jadilah pasangan yang sehat, memberi manfaat positif, bukan mengekang dengan gak jelas dan menerapkan batas – batas tak jelas. Semoga setelah ini, movement #IndonesiaBebasPosesif beneran ada :)).

See ya! Ditunggu komen dan masukannya dibawah, barangkali nyiptain ruang diskusi yang bermanfaat (?) halah...

Sabtu, 19 Desember 2015

#Blogpost1 Hal – Hal yang Bikin Timbulnya Posesif pada Pasangan

So, di siang ini gue bakalan sedikit share mengenai…..hm, enaknya topik apa yah?
Kebetulan postingan ini gue ketik di perpus kampus, di meja pojok belakang, dengan posisi kursi yang deket dengan hembusan AC semilir melalui bulu-bulu badan gue. Belakang kursi ada colokan (the most important things nowadays, beside WiFi), lengkap ama terminal, jadilah gue memanfaatkan fasilitas dengan seefektif dan seefisien mungkin. Powerbank, hp, tab, laptop, semua dicolokin. Alhamdulillah hemat…

Awalnya gue lagi nulis blogpost mengenai tema yang lain, ini Cuma kebetulan aja gak sengaja gue kepikiran dan akhirnya tulisan ini berlanjut, sampe akhirnya di posting juga ke blog. Nah, lagi asik-asiknya gue nulis dari kerangka yang udah gue susun, tiba-tiba ada frekuensi suara-suara halus terdengar menyusup ke gendang telinga gue. Padahal telinga lagi dijejelin earphone dengan suara mengalun nya Madylin Bailey, eh gue pun iseng, ngepause lagu, tapi tetep make earphone sambil coba nyari tau ada apa sih rebut-ribut siang bolong gini di perpus?

“…..loh gak dra, aku tadi Cuma nanya kapan jadinya rapat sama BEM..”
“kenapa kamu gak ijin aku dulu, aku disini loh di perpus nungguin kamu, katanya mau belajar bareng.”
“aku Cuma ngobrolin kapan kok jadwal rapat, beneran deh, maaf yaahh…”
“kamu tuh gak bisa jaga kelakuan ya di depan aku, apa-apa tuh bilang ke aku.”

Dan percakapan itu terlalu panjang buat gue ketik disini, ya yang jelas akhirnya si cowok pergi. Si cowok emang daritadi sebelom gue datang udah stay di meja sebelah gue. Si cewek untungnya bertindak bijak dengan gak melanjutkan drama ala kejar-kejaran tarik-tarikan tangan. Dia Cuma duduk di meja sebelah gue, gue asik ngetik, sambil observasi kira-kira masalah mereka ini apa, hehe…

“….huks…” ini suara nangis, iya sambil disedot gitu ingus nya biar gak meler. Suaranya dari cewek tadi sepertinya. Lalu gue ngelirik ke arahnya…

“mbak pilek? Nih tissue.” Gue nyodorin bungkusan tissue ke cewek itu.
Dan cewek itu berpaling, oh god, nangis ternyata ampe sembab matanya. Merah wajahnya, duh bawaannya jadi pengen minjemin pundak gitu (?).
“eh eh gapapa kok mas.” Dia lalu pergi dan berlalu tanpa babibu basa-basi ke gue.

Drama pun berakhir ngentang, dan kepala gue pun berpikir terang menerawang apa yang sebaiknya gue tulis sekarang. Dari cuplikan-cuplikan diatas, hal yang paling sesuai menurut gue adalah, CEMBURUAN, hm, jangan deh cemburu terlalu substansial dan riskan untuk diperdebatkan, karena ada yang bilang cemburu itu cinta, ada yang bilang cemburu itu bisa bikin gila, yaudah kita ganti ke kata sifat yang lebih tepat buat ngeresume cuplikan kejadian tadi. Yak, POSESIF!

                                      Gambar 1- Posesif, saking takutnya ampe elu digembok

Posesif, /po-se-sif/ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu. Nah ada definisi lain nih setelah gue googling juga, yaitu posesif adalah suatu sikap yang dipunyai atau ditunjukkan untuk mengontrol atau mendominasi sesuatu atau seseorang.

Begitulah kira-kira. Terus korelasinya sama cuplikan adegan diatas tadi apa?

Sebenernya masalah adegan diatas yang gue ceritain sebelumnya gak bisa langsung dihakimi sebagai posesif juga sih, karena gue belum melihat permasalahannya secara luas, tapi disini gue menjadikan adegan tadi sebagai pintu gerbang buat ngebahas mengenai posesif ini. Berdasarkan 3434923923 pasangan yang menjadi responden pada penelitian ini, oh bukan ini blog, bukan skripsi. Maaf delusional. Hehe.

Jadi dari pengertian posesif tadi, gue rasa banyak dari pasangan, gak semua tapi hampir selalu ada di tiap kabupaten/kota se Indonesia tercinta ini, pasangan yang posesif, entah salah satunya atau saling posesif. Duh ile, satu posesif aja ribet, apalagi saling posesif… Sebenernya apa sih yang bikin orang jadi posesif? Fenomena posesif yang menurut gue agak pro kontra, karena di satu sisi ada yang membenarkan tindakan posesif ini, tapi ada juga yang kontra, so marilah kita urai benang kusut si posesif ini. Here we go…

1. Posesif tanda sayang? Tanda cinta?



Hm, bener gak ya? Tapi berdasarkan pengalaman gue, gue sering mendapat pengakuan seperti ini, bahwa alasan orang menjadi posesif karena gak mau terjadi hal yang buruk akan pasangannya maupun hubungan mereka. Sehingga agar mencegah hal – hal yang gak diinginkan, mereka pun menerapkan batasan – batasan yang cenderung strict dan menjurus ke arah posesif!

Case: Ani dan Budi berpacaran, baru 3 jam yang lalu, tadi pas abis upacara Budi nembak Ani gitu dengan ngeinterupsi amanat Pembina Upacara. Ok, lalu jam pulang sekolah, Budi datang ke kelasnya Ani dengan maksud ngejemput Ani. Tapi Ani nolak, karena Mang Dudu tukang ojeg langganannya udah nungguin di depan sekolah, emang tiap harinya sejak PAUD, Ani selalu dianter jemput sama Mang Dudu karena rumahnya gak dilalui angkutan umum. Budi ngelarang, Budi bilang, “aku kan pacar kamu, pokoknya kamu harus pulang sama aku, atau gak kamu jalan kaki kalo pas aku gak bisa anter kamu pulang!”.
“loh kenapa gitu Bud?” tanya Ani.
“karena aku sayang kamu, aku takut nanti kamu cinlok sama Mang Dudu.” Kekeuh Budi.
“yaampun, Mang Dudu udah punya istri, anak aja udah 4, aku mah cintanya ke kamu kok.” Jawab Ani.
“gak pokoknya gak, nanti kamu kenapa-kenapa, liat deh motor Mang Dudu tuh udah gak kerawat gitu, Mang Dudu udah tua juga nanti gak konsen bawa motornya, nanti kalo kamu jatoh kenapa – napa gimana?” lagi – lagi Budi.

Nah begitulah kira – kira case posesif pada si Budi dan Ani, eh Ani dan Budi. Coba deh liat, betapa sayangnya si Budi sampe yang tadinya mungkin kita berpikir, duh….sweet banget sih Ani dianterin pulang mulu tiap hari. Kemudian jadi….. yaelah alay amat sih, tukang ojeg aja pake dicemburuin. Cuma gara – gara katanya sayang, atau kuatir, tapi malah jadi lebay dan nyebelin. Tadinya mungkin nunjukin rasa sayang, eh malah yang keliatan sok – sok ngatur. Sekian buat nomer satu. Berikutnya yang kedua, iya kamu yang selama ini masih jadi yang kedua…

2. Posesif karena masa lalu.




Hm, masa lalu dengan masa sekarang itu deket banget, kaya aku sama kamu dulu. Masa lalu menurut penelitian para ahli sangat mempengaruhi masa sekarang, makanya kalo pernah ada suatu kejadian di masa lalu, konon orang bijak selalu ngasitau kita untuk mengambil hikmahnya, untuk dijadikan pelajaran di masa depan dan sekarang. Begitu juga hubungan, setiap orang yang pernah kandas terempas atau karam hubungannya pasti bakalan berpikir untuk ngejalanin hubungan lebih baik dari sebelumnya. Mereka akan belajar dari kesalahan – kesalahan di hubungan yang lalu dan mencoba gak mengulanginya di hubungan yang selanjutnya dijalanin. Biasanya tipe yang begini, suka ada ungkapan, “aku tuh pernah terlalu percaya sama seseorang hingga akhirnya aku disakitin.”

Case: hm, sebenernya case nya mirip – mirip aja sih, tapi ya demi memperkaya khazanah di bidang permosesifan, maka dengan baik hati gue berikan contoh case dibawah ini.
Didi dan Dini, pasangan muda, baru aja ngerayain anniversary jadian mereka yang ke satu, satu minggu maksudnya. Ceritanya Dini ama gengnya, geng Kecambah, mau bikin party di diskotik gitu buat ngerayain anniv nya Didi dan Dini yang ke satu minggu.

“say, aku mau bikin party nih di diskotik ama anak2 ntar malem. Aku ijin pergi yah.” Ijin Dini.
“gak say, gak boleh ikut, kalo gak aku juga harus ikut.” Paksa Didi.
“yaampun say, ini tuh girls party kamu gak boleh ikut honey.” Jawab Dini.
“say, please aku gak pengen kamu bebas seenaknya kek gini, dulu aku sama mantanku bebasin dia keluar ama temen – temen cewenya, nyatanya mantanku nyelingkuhin aku sama supir temennya. Aku gak pengen kecewa untuk kedua kalinya.” Lirih Didi.

Itu diatas contoh case antara Didi dan Dini. Iya bener kok Didi dan Dini, gak kebalik. Bisa diliat kan secara gak langsung Didi ngebandingin dan seenaknya ngelarang Dini buat hangout ama temennya Cuma gara – gara pernah punya pengalaman yang hampir mirip saat masih dengan mantannya. Huh. Please…

Yak, kamu yang selalu ngerecokin, hai kamu yang ketiga, buruan…

3. Posesif karena…… ya kamu tuh punya Aku dan punyanya Aku!


Ini posesif level … ah begitulah susah dijelaskan, jadi ini semacam posesif di mix ama kemanjaan terus ditaburin ama bumbu – bumbu drama gitu. Gurih – gurih perih gitu deh. Hehehe. Hubungan antara cewek dan cowok itu pastinya harus diciptakan kebersamaan, agar langgeng gitu menurut penganut paham ini. Jadi mottonya, “biarlah badai menghempas asal kita bersama tak melepas, mati pun tak apa asal berdua.” Uh so sweet yak, dipikir – pikir kalo badai ya nyelamatin diri lah, bagus lagi kalo bisa nyelamatin diri berdua, bukan pasrah… duh kok jadi galak?

Bagi mereka, kebersamaan adalah harga mati, memang wajar dan sebuah hal yang lumrah sih kebersamaan di suatu hubungan, tapi terkadang kita juga gak akan selalu bisa bersama, misalnya terkadang ada suatu kondisi dimana kita kudu menyelesaikannya sendiri, bukan bersama – sama. Misal, lo bayar pajak STNK motor lo, itu kan urusan lo sendiri, kenapa cewek lo kudu dijemput terus ikut dibawa kesana, padahal dia juga gak paham apa – apa soal itu. Hehehe.

Case: Oni dan Ani, eh jangan Ani, Ani kan sama Budi. Gak jadi, kalo gitu Oni dan Lani deh. Oni dan Lani adalah pasangan yang selalu kompak, apa – apa selalu bareng, sayang Lani gak pernah kalo diajakin mandi bareng sama Oni, oh mereka belum begitu kompak berarti.

Seperti malam – malam biasanya Lani selalu ngesms pacarnya ini tepat jam 7, buat ngajakin pergi makan berdua. Emang udah ritualnya gitu, tiap malem gak peduli ada apapun mereka harus pergi makan berdua. Bahkan gak punya uang pun, Oni bakalan jemput Lani untuk makan, makan angin sambil ngelilingin alun – alun, mereka bahagia, walau masuk angina, yang penting masuk angina berdua.

“yank, yok makan. Pengen tongseng kobra nih…” sms Lani.
“duh yank, aku barusan dikasih makanan banyak bgt sama ibu kos nih, baru aja makan bareng ama anak – anak kosan.” Balesan Oni.

“hallo, maksud kamu apa yank? Kamu gak mau makan bareng aku lagi?” telepon Lani.
“engg…g…” belom beres jawab, Oni.
“apa kamu udah gak sayang kan sama aku lagi?” bentak Lani.
“kamu ngelupain aku kamu makan malem sama yang lain, bukan sama aku lagi. Aku gak nyangka…” lirih Lani.
“ini makan sama anak kosan kok yank, kamu makan sama keluargamu dulu gak papa kan?” jawab Oni.
“gak mau tau! Aku marah aku benci kamu! Kamu jahat kamu gak sayang sama aku! Aku gak akan makan kalo gak sama kamu!” tutup Lani.

Kemudian paginya, Lani dibawa ke IGD karena pingsan kelaparan…

Gimana? Kebersamaan gak selalu harus begitu kan? Terus gara – gara gak bisa bareng harus marah dan mogok makan gitu? Oh my god, antara posesif, manja, ama ngirit beda tipis ternyata…

Ya berikutnya keempat! Eh maaf yang ada Cuma orang pertama, kedua dan orang ketiga yang selalu ganggu si pertama dan kedua. Yaudah sampe sini aja opini dan pembeberan hasil investigasi gue tentang POSESIF! Yah bagi kalian yang lagi di keadaan di-POSESIF-in, bersabarlah, pintu keluar sudah dekat, atau lambai kamera nanti om gundul dan crew akan datang menyelamatkan kalian. Tapi kalo kalian lagi ada di posisi mem-POSESIF-kan pasangan kalian, segeralah bertobat, sebelum penyesalan itu datang…

So, sekian dari gue, jangan lupa tambahin komentar kalian buat feedback dan bahan buat diskusi, atau mungkin request untuk bahas apa di post selanjutnya! See ya!

Jangan lupa olahraga! Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat hubungan yang sehat juga (?).



Minggu, 22 November 2015

Grand Opening DOHS, tak pakai potong pita...

Live Report, from Grand Opening DOHS



Yogyakarta, 22 November 2015 di hari yang cerah dengan perut yang agak sedikit lapar, saya selaku juragan dari lapak ini, dandy alias zul alias ijul, dengan keadaan sadar tidak tersandera apapun, sedikit pilek karena semalam tidur bersama kipas angin, menyatakan: 

lapak ini resmi dibuka.


Hal-hal berkaitan dengan konten, pengaturan pekarangan lapak ini, dan hal-hal lainnya, akan saya selesaikan semau-maunya saya posting kapan, saya online kapan, tergantung dengan jadwal kegiatan saya yang kadang tak menentu, serta kuota internet saya yang habisnya juga kadang tak dapat ditakar.

Demikian Grand Opening ini, sederhana saja, karena kesederhanaan saja sudah cukup mengukir kenangan di hati. Tanpa potong tumpeng, apalagi potong pita, saya ucapkan terimakasih kepada anda sekalian yang dengan khilaf maupun tidak berkunjung ke lapak ini. Besar harapan saya, lapak ini lestari, tidak seperti blog-blog saya terdahulu, yang bermasalah ini-itu membuat saya selalu menggerutu.

Terimakasih, Maaf banyak omong.